Translate

Rabu, 12 Maret 2014

FILSUP ISLAM DAN FILSUP BARAT




Filsuf Muslim ( islam)
A.     AL-KINDI
Nama lengkapnya Abu Yusuf, Ya’qub bin Ishak Al-Sabbah bin Imran bin Al-Asha’ath bin Qais Al-Kindi. Beliau biasa disebut Ya’kub, lahir pada tahun 185 H (801 M) di Kufah. Keturunan dari suku Kays, dengan gelar Abu Yusuf  (bapak dari anak yang bernama Yusuf) nama orang tuanya Ishaq Ashshabbah, dan ayahnya menjabat gubernur di Kufah, pada masa pemerintahan Al-Mahdi dan Harun Al-Rasyid dari Bani Abbas.
Nama Al-Kindi adalah merupakan nama yang diambil dari nama sebuah suku, yaitu : Banu Kindah. Banu Kindah adalah suku keturunan Kindah, yang berlokasi di daerah selatan Jazirah Arab dan mereka ini mempunyai kebudayaan yang tinggi.
Sebagai orang yang dilahirkan di kalangan para intelektual, maka pendiidkan yang pertama-tama diterima adalah membaca Al-Qur’an, menulis, dan berhitung. Di samping itu ia banyak mempelajari tentang sastra dan agama, juga menerjemahkan beberapa buku Yunani di dalam bahasa Syiria kuno, dan bahasa Arab.
Al-Kindi mengarang buku-buku yang menganut keterangan Ibnu Al-Nadim buku yang ditulisnya berjumlah 241 dalam bidang filsafat, logika, arithmatika, astronomi, kedokteran, ilmu jiwa, politik, optika, musik, matematika dan sebagainya. Dari karangan-karangannya, dapat kita ketahui bahwa Al-Kindi termasuk penganut aliran Eklektisisme; dalam metafisika dan kosmologi mengambil pendapat Aristoteles, dalam psikologi mengambil pendapat Plato, dalam hal etika mengambil pendapat Socrates dan Plato.
Mengenai filsafat dan agama, Al-Kindi berusaha mempertemukan amtara kedua hal ini; Filsafat dan agama. Al-Kindi berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu tentang kebenaran atau ilmu yang paling mulia dan paling tinggi martabatnya. Dan agama juga merupakan ilmu mengenai kebenaran, akan tetapi keduanya memiliki perbedaan.
Mengenai hakikat Tuhan, Al-Kindi menegaskan bahwa Tuhan adalah wujud yang hak (benar), yang bukan asalnya tidak ada menjadi ada, ia selalu mustahil tidak ada, ia selalu ada dan akan selalu ada. Jadi Tuhan adalah wujud sempurna yang tidak didahului oleh wujud yang lain, tidak berakhir wujudNya dan tidak wujud kecuali denganNya.
Unsur-unsur filsafat yang kita dapati pada pemikiran Al-Kindi ialah:

a)      Aliran Pythagoras tentang matematika sebagai jalan ke arah filsafat.
b)      Pikiran-pikiran Aristoteles dalam soal-soal fisika dan metafisika, meskipun Al-Kindi tidak sependapat dengan Aristoteles tentang qadimnya alam.
c)      Pikiran-pikiran Plato dalam soal kejiwaan.
d)      Pikiran-pikiran Plato dan Aristoteles bersama-sama dalam soal etika.
e)      Wahyu dan iman (ajaran-ajaran agama) dalam soal-soal yang berhubungan dengan Tuhan dan sifat-sifatNya.
f)       Aliran Mu’tazilah dalam memuja kekuatan akal manusia dan dalam menakwilkan ayat-ayat Qur’an.
            Haruslah diakui bahwa Al-Kindi tidak mempunyai sistem filsafat yang lengkap. Jasanya ialah karena dia adalah orang yang pertama-tama membuka pintu filsafat bagi dunia Arab dan diberinya corak Arab keislaman. Pendiri filsafat Islam yang sebenarnya ialah Al-Farabi.

B.      AL-FARABI
Ia adalah Abu Nashr Muhammad bin Muhammad bin Tharkhan. Sebutan Al-Farabi diambil dari nama kota Farab, dimana ia dilahirkan pada tahun 257 H (870 M). Ayahnya adalah seorang Iran dan kawin dengan seorang wanita Turkestan. Kemudian ia menjadi perwira tentara Turkestan. Karena itu, Al-Farabi dikatakan berasal dari keturunan Turkestan dan kadang-kadang juga dikatakan dari keturunan Iran.
Sejak kecilnya, Al-Farabi suka belajar dan ia mempunyai kecakapan luar biasa dalam lapangan bahasa. Bahasa-bahasa yang dikuasainya antara lain bahasa Iran, Turkistan, dan Kurdistan.  Nampaknya ia tidak mengenal bahasa Yunani dan Siriani, yaitu bahasa-bahasa ilmu pengetahuan dan filsafat pada waktu itu.
Setelah besar, Al-Farabi meninggalkan negerinya untuk menuju kota Baghdad, pusat pemerintahan dan ilmu pengetahuan pada masanya, untuk belajar antara lain pada Abu Bisyr bin Mattius. Selama berada di Baghdad, ia memusatkan perhatiannya kepada ilmu logika.
            Al-Farabi luas pengetahuannya, mendalami ilmu-ilmu yang ada pada masanya dan mengarang buku-buku dalam ilmu tersebut. Buku-bukunya, baik yang sampai kepada kita maupun yang tidak, menunjukkan bahwa ia mendalami ilmu-ilmu bahasa, matematika, kimia, astronomi, kemiliteran, musik, ilmu alam, ketuhanan, fiqih, dan mantik.
 Al-Farabi dapat kita pembentuk filsafat Islam yang pertama, karena dialah yang berhasil dapat menyusun dasar-dasar filsafat atas keyakina tauhid menurut Islam.
Sebagian besar karangan-karangan Al-Farabi terdiri dari ulasan dan penjelasan terhadap filsafat Aristoteles, Plato, dan Galenius, dalam bidang-bidang logika, fisika, etika, dan metafisika. Meskipun banyak tokoh filsafat yang diulas pikirannya, namun ia lebih terkenal sebagai pengulas Aristoteles.
Di antara karangan-karangannya ialah:

a.      Aghradlu ma Ba’da at-Thabi’ah.
b.      Al-Jam’u baina Ra’yai al-Hakimain (Mempertemukan Pendapat Kedua        Filosof; maksudnya Plato dan Aristoteles).
c.       Tahsil as-Sa’adah (Mencari Kebahagiaan).
d.      ‘Uyun al-Masail (Pokok-Pokok  persoalan).
e.      Ara-u Ahl-il Madinah al-Fadhilah (Pikiran-Pikiran Penduduk Kota Utama Negeri Utama).
f.        Ih-sha’u al-Ulum (Statistik Ilmu).

Menurut Dr. Ibrahim Madkour, filsafat Al-Farabi adalah filsafat yang bercorak spiritual-idealis, sebab menurut Al-Farabi, dimana-mana ada roh. Tuhannya adalah Roh dari segala Roh. Akal yang dikonsepsikannya yaitu ‘Uqul Mufariqah (akal yang terlepas dari benda) merupakan makhluk rohani murni, sedang kepala negeri- utamanya, menguasai badannya. Roh itu pula yang menggerakkan benda-benda langit dan mengatur alam di bawah bulan.
      Meskipun Al-Farabi telah banyak mengambil dari Plato, Aristoteles dan Plotinus, namun ia tetap memegangi kepribadian, sehingga pikiran-pikiranya tersebut merupakan filsafat Islam yang berdiri sendiri, yang bukan filsafat stoa, atau Peripatetik atau Neo Platonisme. Memeng bisa dikatakan adanya pengaruh aliran-aliran tersebut, namun bahannya yang pokok adalah dari Islam sendiri.

C.      IBNU THUFAIL
Ia adalah Abubakar Muhammad bin Abdul Malik bin Thufail, dilahirkan di Wadi Asy dekat Granada, pada tahun 506 H/1110 M. kegiatan ilmiahnya meliputi kedokteran, kesusasteraan, matematika dan filsafat. Ia menjadi dokter di kota tersbut dan berulangkali menjadi penulis penguasa negerinya. Setelah terkenal, ia menjadi dokter pribadi Abu Ya’kub Yusuf al-Mansur, khalifah kedua daru daulah Muwahhidin. Dari al-Mansur ia memperoleh kedudukan yang tinggi dan dapat mengumpulkan orang-orang pada masanya di istana Khalifah itu, di antaranya ialah Ibnu Rusyd yang diundang untuk mengulas buku-buku karangan Aristoteles.
Buku-buku biografi menyebutkan beberapa karangan dari Ibnu Thufail yang menyangkut beberapa lapangan filsafat, seperti filsafat fisika, metafisika, kejiwaan dan sebagainya, disamping risalah-risalah (surat-surat) kiriman kepada Ibnu Rusyd. Akan tetapi karangan-karangan tersebut tidak sampai kepada kita, kecuali satu saja, yaitu risalah Hay bin Yaqadhan, yang merupakan intisari pikiran-pikiran filsafat Ibnu Thufail, dan yang telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Suatu manuskrip di perpustakaan Escurrial yang berjudul Asrar al-Hikmat ai-Masyriqiyyah (Rahasia-rahasia Filsafat Timur) tidak lain adalah bagian dari risalah Hay bin Yaqadhan.
            Ibnu Thufail tergolong filosof dalam masa Skolastik Islam. Pemikiran kefilsafatannya cukup luas, termasuk metafisika. Dalam pencapaian Ma’rifatullah, Ibnu Thufail menempatkan sejajar antara akal dan syari’at. Pemikiran tersebut sebenarnya merupakan upaya yang tidak pada tempatnya, sebab syari’at sumbernya adalah wahyu (yakni : dari Tuhan), sedangkan akal merupakan aktifitas manusiawi. Akal manusia sebenarnya hanyalah dampak mencari alasan rasional bagi syari’at mengenai dalil-dalil adanya Tuhan.

D.     IBNU SINA (980 M – 1037)
Ibnu Sina dilahirkan dalam masa kekacauan, dimana Khilafah Abbasiyah mengalami kemunduran, dan negeri-negeri yang mula-mula berada di bawah kekuasaan khilafah tersebut mulai melepaskan diri satu persatu untuk berdiri sendiri. Kota Baghdad sendiri, sebagai pusat pemerintahan Khilafah Abbasiyah, dikuasai oleh golongan Bani Buwaih pada tahun 334 H dan kekuasaan mereka berlangsung terus sampai tahun 447 H.
Di antara daerah-daerah yang berdiri sendiri ialah Daulah Samani di Bukhara, dan di antara khalifahnya ialah Nuh bin Mansur. Pada masanya, yaitu di tahun 340 H (980 M), di suatu tempat yang bernama Afsyana, daerah Bukhara, Ibnu Sina dilahirkan dan dibesarkan. Di Bukhara ia menghafal Qur’an dan belajar ilmu-ilmu agama serta ilmu astronomi, sedangkan usianya baru sepuluh tahun. Kemudian ia mempelajari matematika, fisika, logika dan ilmu metafisika. Sesudah itu ia mempelajari ilmu kedokteran pada Isa bin Yahya, seorang Masehi.
Belum lagi usianya melebihi enam-belas tahun, kemahirannya dalam ilmu kedokteran sudah dikenal orang, bahkan banyak orang yang berdatangan untuk berguru kepadanya. Ia tidak cukup dengan teori-teori kedokteran, taoi juga melakukan praktek dan mengobati orang-orang sakit.
Sebenarnya hidup Ibnu Sina tidak pernah mengalami ketenangan, dan usianya pun tidak panjang. Meskipun banyak kesibukan-kesibukannya dalam urusan politik, sehingga ia tidak banyak mempunyai kesempatan untuk mengarang, namun ia telah berhasil meninggalkan berpuluh-puluh karangan.
Karangan-karangan Ibnu Sina yang terkenal di antaranya:

a.      Asy-Syifa’.
Buku ini adalah buku filsafat yang terpenting dan terbesar dari Ibnu Sina, dan trediri dari enpat bagian, yaitu: logika, fisika, matematika, dan metafisika (ketuhanan).
b.      An-Najat.
Buku ini merupakan keringkasan buku as-Syifa, dan pernah diterbitkan bersama-sama dengan buku al-Qanun dalam ilmu kedokteran pada tahun 1593 M di Roma dan pada tahun 1331 M di Mesir.
c.       Al-Isyarat wat-Tanbihat.
Buku ini adalah buku terakhir dan yang paling baik, dan pernah diterbitkan di Leiden pada tahun 1892 M, dan sebagiannya diterjemahkan ke dalam bahasa Perancis.
d.      Al-Hikmat al-Masyriqiyyah.
Buku ini banyak dibicarakan orang, karena tidak jelasnya maksud judul buku, dan naskah-naskahnya yang masih ada memuat bagian logika.
e.      Al-Qanun, atau Canon of Medicine, menurut penyebutan orang-orang Barat.
Buku ini pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan pernah menjadi buku standar untuk universitas-universitas Eropa sampai akhir abad ketujuhbelas Masehi.
Ibnu Sina memberikan perhatiannya yang khusus terhadap pembahasan kejiwaan, sebagaimana yang dapat kita lihat dari buku-buku yang khusus untuk soal-soal kejiwaan atau pun buku-buku yang berisi campuran berbagai persoalan filsafat.
Dalam pandangan Ibnu Sina, ilmu itu ada dua macam yaitu:

a)      Tashawwur (hanya tergambar dalam pikiran)

b)      Tashdiq (yang dapat dibuktikan melalui indera)

Tashawwur ialah ilmu pengatahuan pertama yang didapat tanpa sengaja yang tidak dapat ditetapkan benar atau salah, seperti pemahaman tentang hakikat manusia. Sedangkan tashdiq ialah pengetahuan yang diperoleh melalui pengamatan yang dapat ditetapkan benar dan salah, seperti pengetahuan tentang adanya asal muasal.
Pengaruh Ibnu Sina dalam soal kejiwaan tidak dapat diremehkan, baik pada dunia piker Arab sejak abad kesepuluh Masehi sampai akhir abad ke-19 Masehi, terutama pada Gundissalinus, Albert the Great, Thomas Aquinas, Roger Bacon, dan Dun Scott. Bahkan juga ada pertaliannya dengan pikiran-pikiran Descartes tentang hakikat jiwa dan wujudnya.
            Hidup Ibnu Sina penuh dengan kesibukan bekerja dan mengarang; penuh pula dengan kesenangan dan kepahitan hidup bersama-sama, dan boleh jadi keadaan ini telah mengakibatkan ia tertimpa penyakit yang tidak bisa diobati lagi. Pada tahun 428 H (1037 M), ia meninggal dunia di Hamadzan, pada usia 58 tahun.

E.      AL-GHAZALI
Ia adalah Abu Hamid bin Muhammad bin Ahmad al-Ghazali, bergelar Hujjatul Islam, lahir tahun 450 H di Tus, suatu kota kecil di Khurassan (Iran). Kata-kata al-Ghazali kadang-kadang diucapkan al-Ghazzali (dengan dua z). dengan menduakalikan z, kata-kata al-Ghazzali diambil dari kata-kata Ghazzal, artinya tukang pemintal benang, karena pekerjaan ayahnya ialah memintal benang wol, sedang al-Ghazali dengan satu z, diambil dari kata-kata Ghazalah, nama kampung kelahiran al-Ghazali. Sebutan terakhir ini yang banyak dipakai.
Al-Ghazali pertama-tama belajar agama di kota Tus, kemudian meneruskan di Jurjan, dan akhirnya di Naisabur pada Imam al-Juwaini, sampai yang terakhir ini wafat tahun 478 H/1085 M. kemudian ia berkunjung kepada Nidzam al-Mulk di kota Mu’askar, dan dari padanya ia mendapat kehormatan dan penghargaan yang besar, sehingga ia tinggal di kota itu  enam tahun lamanya. Pada tahun 483 H/1090 M, ia diangkat menjadi guru di sekolah Nidzamah Baghdad, dan pekerjaannya itu dilaksanakan dengan sangat berhasil. Selama di Baghdad, selain  mengajar, juga mengadakan bantahan-bantahan terhadap pikiran-pikiran golongan Bathiniyah, Isma’iliyyah, golongan filsafat dan lain-lain.
Pengaruh al-Ghazali di kalangan kaum Muslimin besar sekali, sehingga menurut pandangan orang-orang ahli ketimuran (Orientalis), agama Islam yang digambarkan oleh kebanyakan kaum Muslimin berpangkal pada konsepsi al-Ghazali.
Al-Ghazali adalah seorang ahli pikir Islam yang dalam ilmunya, dan mempunyai nafas panjang dalam karangan-karangannya. Puluhan buku telah ditulisnya yang meliputi berbagai lapangan ilmu, antara lain Teologi Islam (Ilmu Kalam), Hukum Islam (Fiqih), Tasawuf, Tafsir, Akhlak dan adab kesopanan, kemudian autobiografi. Sebagian besar dari buku-buku tersebut diatas dalam bahasa Arab dan yang lain ditulisnya dalam bahasa Persia.
Karyanya yang terbesar yaitu Ihya ‘Ulumuddin yang artinya “Menghidupkan Ilmu-Ilmu Agama”, dan dikarangnya selama beberapa tahun dalam keadaan berpindah-pindah antara Syam, Yerussalem, Hijjaz dan Tus, dan yang berisi tentang paduan yang indah antara fiqih, tasawuf dan filsafat, bukan saja terkenal di kalangan kaum Muslimin, tetapi juga di kalangan dunia Barat dan luar Islam.
Bukunya yang lain yaitu al-Munqidz min ad-Dlalal (Penyelamat dari Kesesatan), berisi sejarah perkembangan alam pikirannya dan mencerminkan sikapnya yang terakhir terhadap beberapa macam ilmu, serta jalan untuk mencapai Tuhan. Diantara penulis-penulis modern banyak yang mengikuti jejak al-Ghazali dalam menuliskan autobiografi.
Pikiran-pikiran al-Ghazali telah mengalami perkembangan sepanjang hidupnya dan penuh kegoncangan batin, sehingga sukar diketahui kesatuan dan kejelasan corak pemikirannya, seperti yang terlihat dari sikapnya terhadap filosof-filosof dan terhadap aliran-aliran akidah pada masanya.
            Namun demikian, al-Ghazali telah mencapai hakikat agama yang belum pernah diketemukan oleh orang-orang  yang sebelumnya dan mengembalikan kepada agama nulai-nilai yang telah hilang tidak menentu. Jalan yang terdekat kepada Tuhan ialah jalan hati dan dengan demikian ia telah membuka pintu Islam seluas-luasnya untuk tasawuf.
Pengaruh al-Ghazali besar sekali di kalangan kaum  Muslimin sendiri sampai sekarang ini, sebagaimana juga di kalangan tokoh-tokoh pikir abad pertengahan bahkan juga sampai pada tokoh-tokoh pikir abad modern.
Filsafat barat
Ø  Aristoteles
Dalam filsafat paripatetik, dikenal suatu teori yang dinamakan dengan “ hylomorpise” yang mana teori tersebut merujuk kepada Aristoteles ,  yaitu ajaran yang mengatakan bahwa apapun yang ada di dunia ini terdiri atas dua unsur utama, yakni materi (hyle) dan bentuk(morfis). Pembicaraan metafisika Aristoteles mengenai soal materi dan wujud ini lebih tepat dimulai dengan doktrin Aristoteles tentang Universalia. Sedangkan jalan untuk memahami universalia kita harus terlebih dahulu memehami doktrin akal biasa (common sense).
Wujud dan materi tidak dapat dipisahkan. Materi dalam bahasa Yunani disebut hule dapat disebut bahan yang masih berada dalam proses atau produk (Edel 1982). Materi dikatakan juga sebagi unsur kemungkinan dan perubahan yang paling sederhana yang terdapat dalam suatu hal. Sedangkan wujud (morphe) bersifat tetap, permanen, dan dikenal (Amstrong 1949). Meskipun materi tidak menentukan dirinya sendiri, tetapi ia juga memiliki kemampuan menentang kekuatan yang meembentuknya, jadi tidak semata-mata bersifat passif. Akibatnya materi tidak pernah berbentuk yang sempurna, terus menerus akan mengalami perubahan wujud sebagai potensi. Teori aristoteles mengenai wujud dan materi ini berkaitan dengan konsep potensi dan aktus.
Ø  Henry Bergson
Ia adalah filosof perancis terkemuka abad 20, Bertrand Russel mengupasnya dengan agak lengkap karena filsafatnya merupakan contoh yang sangat bagus tentang pemberontakan melawan akal yang berawal dari Rousseau secara bertahap makin mendominasi berbagai bidang kehidupan dan pemikiran dunia.
Kalsifikasi filsafat Bergson berbeda dengan yang lainnya. Klasifikasi filsafat yang biasanya dipengaruhi oleh metode atau hasilnya (“empiris dan apriori “adalah klasifikasi menurut metodenya kemudian “realis dan idealis “adalah klasifikasi menurut hasilnya). Upaya untuk mengklasifkasi filsafat Bergson dengan salah satu dari cara tersebut hampir tidak mungkin berhasil, karena filsafatnya hampir mengiris semua bidang yang diakui tersebut.
Salah satu ciri khas filsafat Bergson adalah ia mengganggap waktu dan ruang sangat berbeda. Ruang merupakan karakteristik materi, dan waktu adalah karakteristik esensial kehidupan atau pikiran. Filsafat Bergson membagi antara naluri dan intelek. Naluri sebaiknya disebut intuisi, yang Bergson maksud dengan intuisi adalah naluri yang menjadi tak terpengaruh, sadar-diri, mampu menyesuaikan objeknya dan memperluasnya secara tak terbatas, urainnya tentang kerja intelek tidak selalu mudah untuk diikuti, sedangkan intelek selalu berpikiran seolah-olah tertarik pada kontemplasi materi yang tidak bergerak.
Jika dibolehkan menambahkan ilustrasi filsafat Bergson, kita bisa mengatakan bahwa alam semesta adalah rel kabel yang amat besar yang didalam kehidupan adalah kereta yang berjalan ke bawah. Intelek itu terwujud lantaran melihat kereta yang turun ketika melewati kereta yang naik yang didalamnya kita berada. Sedangkan perhatian kita yang terpusat pda kereta kita sendiri tentu saja adalah naluri atau intuisi. Intelek berkaitan dengan ruang sedangkan naluri atau intuisi beerkaitan dengan waktu.
Ø  Plato
Bagi Plato, filsafat adalah semacam visi, yakni visi tentang kebenaran. Visi ini tidak semata-mata bersifat intelektual, tidak juga bersifat kebijaksanaan. “Cinta intelektual terhadap tuhan “dalam filsafat Spinoza sama dengan persatuan erat antara pikir dan rasa. Barangsiapa yang pernah mengerjakan karya kreatif tertentu, pasti pernah mengalaminya dengan taraf yang berbeda-beda, suatu suasana batin dimana setelah lama berupaya keras, tiba-tiba kebenaran atau keindahan muncul atau seolah-olah muncul dengan keagungan yang tak terduga.
Pengalaman ini mungkin hanya menyangkut masalah kecil saja, mungkin pula menyangkut masalah alam semesta.Untuk sesaat pengalaman itu amatlah meyakinkan, keraguan mungkin timbul belakangan. Tetapi untuk sesaat itu yang tampil adalah kepastian yang begitu tegas.   Menurut Plato, sebagian besar karya kreatif yang terbaik dalam bidang seni, ilmu pengetahuan, sastra & filsafat adalah hasil pengalaman demikian.
Ø   Nietzsche & Sartre
Nietzsche sering dianggap sebagai eksistensialis pertama ketika orang membahas filsafatnya. Eksistensialisme adalah gerakan filsafat yang menitikberatkan pada kebebasan manusia. Sedangkan dalam wikipedia dijelaskan bahwa eksisensialisme adalah aliran filsafat yang pahamnya berpusat pada manusia individu yang bertanggung jawab atas kemauannya yang bebas tanpa memikirkan secara mendalam mana yang benar dan mana yang tidak benar. Sebenarnya bukannya tidak mengetahui mana yang benar dan mana yang tidak benar, tetapi seorang eksistensialis sadar bahwa kebenaran bersifat relatif, dan karenanya masing-masing individu bebas menentukan sesuatu yang menurutnya benar.Eksistensialisme mempersoalkan keber-Ada-an manusia, dan keber-Ada-an itu dihadirkan lewat kebebasan.
Gerakana filsafat eksistensialisme dipopulerkan oleh filosof prancis Jean-Paul Sartre (1909-1980). Sukar untuk mengkategorikan eksistensialisme karena pada dasarnya eksistensilisme menolak kategorisasi. Namun demikian, kesamaan yang sangat umum dimiliki para filosof dalam gerakan Ini adalah perhatian mereka terhaddap gerakan kebebasan manusia, keyakinan bahwa umat manusia memiliki kapasitas bawaan untuk memilih tindakan mereka sendiri secara bebas dan tidak ditentukan sebelumnya. Menurut Sartre satu hal yang pasti dimiliki semua orang adalah kebebasan.
Sartre menyatakan bahwa kita dikutuk untuk bebas”. Kita tidak punya pilihan lain selain bebas, dan pura-pura tidak bebas hanyalah merupakan penipuan diri. Nietzsche juga sepakat dengan Sartre bahwa tidak ada dunia objektif, tidak ada fakta mentah, tidak ada kemutlakan. Sartre juga mengatakan bahwa eksistensi manusia mendahului esensinya. Dunia sebagaimana kita memahaminya adalah dunia yang telah kita rekatkan pada diri kita sendiri, bukan dari luar dunia kita.
Ø  Thales (624-546 SM)
lahir di kota Miletus yang merupakan tanah perantauan orang-orang Yunani di Asia Kecil. Situasi Miletos yang makmur memungkinkan orang-orang di sana untuk mengisi waktu dengan berdiskusi dan berpikir tentang segala sesuatu. Hal itu merupakan awal dari kegiatan berfilsafat sehingga tidak mengherankan bahwa para filsuf Yunani pertama lahir di tempat ini.
Thales adalah seorang saudagar yang sering berlayar ke Mesir. Di Mesir, Thales mempelajari ilmu ukur dan membawanya ke Yunani. Ia dikatakan dapat mengukur piramida dari bayangannya saja. Selain itu, ia juga dapat mengukur jauhnya kapal di laut dari pantai. Kemudian Thales menjadi terkenal setelah berhail memprediksi terjadinya gerhana matahari pada tanggal 28 Mei tahun 585 SM. Thales dapat melakukan prediksi tersebut karena ia mempelajari catatan-catatan astronomis yang tersimpan di Babilonia sejak 747 SM.

Pemikiran

Air sebagai Prinsip Dasar Segala Sesuatu

Thales menyatakan bahwa air adalah prinsip dasar (dalam bahasa Yunani arche) segala sesuatu. Air menjadi pangkal, pokok, dan dasar dari segala-galanya yang ada di alam semesta.  Berkat kekuatan dan daya kreatifnya sendiri, tanpa ada sebab-sebab di luar dirinya, air mampu tampil dalam segala bentuk, bersifat mantap, dan tak terbinasakan. Argumentasi Thales terhadap pandangan tersebut adalah bagaimana bahan makanan semua makhluk hidup mengandung air dan bagaimana semua makhluk hidup juga memerlukan air untuk hidup. Selain itu, air adalah zat yang dapat berubah-ubah bentuk (padat, cair, dan gas) tanpa menjadi berkurang.
Selain itu, ia juga mengemukakan pandangan bahwa bumi terletak di atas air. Bumi dipandang sebagai bahan yang satu kali keluar dari laut dan kemudian terapung-apung di atasnya.

Pandangan tentang Jiwa

Thales berpendapat bahwa segala sesuatu di jagat raya memiliki jiwa. Jiwa tidak hanya terdapat di dalam benda hidup tetapi juga benda mati. Teori tentang materi yang berjiwa ini disebut hylezoisme. Argumentasi Thales didasarkan pada magnet yang dikatakan memiliki jiwa karena mampu menggerakkan besi.
Perbandingan Filsafat Iislam dengan Filsafat Barat
Perbandingan antara filsafat Barat dan filsafat Islam adalah sebagai berikut;
Persamaannya, sama-sama berfikir radikal, bebas. Kedua-duanya menggunakan logika akal, dialektika. Kedua-duanya berfikir tentang realitas alam, kosmologi.
Perbedaanya;
a.       Filsafat Islam :
- Berfilsafat menggunakan akal dan bersandar pada Wahyu.
- Ruang lingkup pembahasannya yang abstrak maupun konkrit, fisik maupun metafisik.
- Berfilsafat untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memahami realitas alam.
- Berfilsafat dimulai dengan keimanan kepada Allah

b.      Filsafat Barat
- Menggunakan rasio.
- Berpijak pada hal-hal yang konkrit
- Hanyaberfilsafat.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar